Postingan

Diam Terinjak, Terpenjara Dalam Gerak

diam terinjak, terpenjara dalam gerak. aku dalam esekusi matiku sendiri dalam rencana yang aku susun sendiri aku mati dalam keadaan yang aku rancang sendiri skema pengadilan yang tak dapat aku hindari saat seperti ini yang aku butuhkan hanya pelukan dari Ibu dan senyum ketulusan dari orang yang paling mengerti aku mendekan dalam tangis yang tersedu-sedu hingga berakhir semua rasa dan waktu diam terinjak terpenjara dalam gerak terasing dalam diri yang tak bisa dicari kemana lagi aku berlari saat semua rasa telah pergi hanya lelah yang terus mengikuti rasa percaya yang sudah hilang dalam diri berlalu hingga jauh melepas semua impian hingga jenuh hilang sedari melepas semua peluh

Aku Masih Ingat

aku masih ingat, waktu awal kita berjumpa. saling menatap tanpa ada jeda. memberi waktu luang untuk sekedar sisa. menatap matamu dalam waktu yang lama, membuat aku percaya bahwa bidadari itu ada. aku masih ingat waktu kita pertama kali berbicara membahas berbagai hal tentang semesta sambat tentang kegelihasan maba tak jarang kita tertawa melepas beban di kepala hingga tak terasa waktu semakin gulita berbicara dengan mu membuat aku bahagia ternyata bidadari itu nyata. aku masih ingat kala chatmu masuk ke polselku membuatku tersipu malu membaca kembali semua isi pesanmu tak jarang kita berbicara diponsel hingga lelap menunggu terkadang rasa cemas hadir kala tak ada kabar darimu membuatku tau, engkaulah bidadari itu. Aku masih ingat kala kita berkutat dengan tugas Hingga kepala rasanya mau lepas Menerpa harapan pada sebuah tuas Mengendalikan kita agar tak cepat puas ersama melawan rasa yang tentu saja tak bias Menari-nari layaknya kuas

Dekat, namun terasa sangat jauh.

dekat namun terasa sangat jauh kau berada disini namun lamunanmu tentang kekasihmu disana kau disini namun tidak dengan harapanmu dekat namun terasa sangat jauh kau berdiri disampingku namun pandanganmu selalu kearah lain kau didekapku, namun yang aku dekap hanya ragamu bukan hatimu dekat namun terasa sangat jauh kau ada, namun tak pernah seutuhnya ada aku ada, namun tak pernah kau anggap ada dekat, sangat dekat.  namun terasa sangat jauh. 

Ruang Kedua

Desember sudah dimulai,  2018 akan segera berakhir.  Kamu, akankah selalu ada?  Waktu akan selalu berputar,  detik demi detik.  Perlahan, dengan pasti.  Satu dari sekian pertemuan  yang kadang membuat aku tertegun  saat mengenang momen pertama kau tersenyum.  Dan sebentar lagi, kau pun pergi.  Membawa senyum yang hampir setiap hari menyapa. Membawa hati yang memang bukan untukku.  Pergilah, dan gapai apa yang kau ingin Walau kita selalu bersama, hatimu selalu disana Mendamba seseorang yang lebih dulu merebut hatimu Merindukan seseorang yang membuatmu bahagia lebih dulu Bukan salah waktu, memang begini takdirnya. Aku hanya sebatas ruang kedua, Memberikan sedikit kenyamanan yang tak kau dapat dari dia. Memberikan sedikit rindu untuk mengobati hatimu yang kau tinggalkan disana. Kenang aku, sebagai ruang kedua.  Tempat dimana kau berlindung dari rindu yang tak kunjung jeda.  Tempat kau bersandar sejenak, lalu tersadar kau milik siapa

Hilang

Sepi… Sendiri… Kesunyian menambah pesakitan ini.. Percayalah, aku tak ingin seperti ini.. Harapan hanya harapan.. Kosong…. Tak ada Api namun berasap... Tak ada cahaya,tapi meyilaukan.. hanya gelap.. Gumpita, lakasana angkasa luas yang mendung… Hujan tidak, mengerikan iya… Aku tersudut merasakan perih yang setiap detik bertambah pedih. Keajaiban hanya keajaiban… Menunggu, mati, hilang… Saat ini aku hanya ingin hilang… Atau tak pernah ada… Melenyapkan semua tentang diriku.. Menghilangkan semua tentang aku.. Aku berharap tak pernah ada, bisakah? Namun apakah harapan itu ada? Bukan kah manusia selalu  berharap? Apakah aku manusia?

Sepasang Manusia

tak perlu merayakan, karna tak ada kemenangan bagi kita. kita adalah sepasang manusia yg penuh ego mencari kebahagiaan sendiri-sendiri. lalu dengan bangganya kekalahan itu datang.. memohok telak di ulu hati. kita sepasang manusia yang kalah. mencari kesalahan diatas tangis. mencari kebahagiaan diluar batas. tak mampu menahan ego. lalu dengan bangganya memamerkan ke-egoisannya. kita sepasang manusia yang tak mampu bertahan. menikmati segala perih sendiri. ke-egoisan menjadi tameng utama. tak ada cinta yang sempat dipuja. tak ada lagi kata sayang yg tertuang. kita sepasang manusia yang lemah. hanya menanti siapa yg memilih pergi atau bersikeras bertahan. saling menunggu siapa yg ingin pamit terlebih dahulu. saling berharap siapa yg akan memohon bertekuk lutut meminta maaf untuk bertahan. kita hanya sepasang manusia. bukan malaikat atau dewa. lara dan bahagia bagian dari kita, manusia. kita hanya manusia biasa, yang saling tak kuasa, masih jauh dari kata sempurna.

Ketika malam begitu Tenang

Malam ini aku hanya bersama segelas teh hangat. Mendalami rindu yang kau anggap hiburan. Tak ada angin yg membawa rindu itu. Tak ada tetes-tetes air matamu. Malam ini begitu tenang. Bintang begitu terang. Bulan nampak senang. Tak perlu merayakan. Aku hanya kesepian. Tak butuh kehangatan. Aku hanya ingin pelukan. Kita pernah bermalam diatas awan. Menikmati segelas teh yg kau tuang. Kita membicarakan tentang kehidupan. Yang tak layak untuk diperdebatkan. Aku selalu suka caramu melihat dunia. Pandangan kita memang tak pernah sama. Bumi bulat atau datar hanya pandangan semata. Kenyataannya bumi dibawah kaki kita. Dia tak pernah marah atau curiga. Hanya merasa kecewa. Semua yg ada telah disia-siakan manusia. Terima kasih atas waktumu kala itu. Membuatku tau, Bahwa aku bukan lelaki yang tempat untuk berada disampingmu.